Kuselipkan uang yang tak seberapa itu ketangan si ibu, dan
berlalu tanpa menengoknya kembali..padahal ketika itu uang yang saya punya
hanya cukup untuk ongkos esok hari sekali jalan. Tapi saya saat itu merasa si
ibu lebih membutuhkan uang yang saya punya.
Malam itu saya pulang dari kantor agak larut..karena
menunggu teman shift malam yang tentunya datang kekantor pun agak malam.
Alhasil saya harus menunggunya karena memang ada keperluan sekalian
bersilaturahim karena lama tak jumpa karena perbedaan shift kerja.
Keuntungan pulang lebih malam dari biasanya saya bisa duduk
dari stasiun saya menunggu, lumayan bisa langsung istirahat diperjalanan degan
resiko nyampe rumah pun akan lebih larut. Nah..sesampainya distasiun tujuan,
dikoridor luar stasiun sudah mulai banyak dipakai para tuna wisma yang
menggelar kardus kardus nya untuk menumpang merebahkan badannya hingga pagi tiba, ya pemandangan itulah yang
akan kita lihat jika malam tiba.
Ada beberapa orang yang saya pun sering melihat kalu memang
dia adalah penghuni malam di koridor itu, namun ada juga yang baru terlihat
seperti si ibu dengan tiga orang anaknya yang masi kecil kecil ini. Satu
anaknya malah berada dalam gendongannya.
Saat itu saya memilih berjalan diatas jalanan koridor agar
bisa lebih cepat berjalan tanpa harus salip salipan dengan penumpang lain yang
sama sama baru turun kereta, jalanan yang sebagian depan tokonya sudah tergelar
tikar tikar kardus kardus tadi. Dari kejauhan sudah terlihat jalan saya agak
terhalang oleh si ibu dengan tiga anakny itu,,namun saya melenggang
saja..sepertinya masi bisa dilewati. Ya benar masi bisa dilewati.. saya pun
melewatinya dan menoleh sekilas ternyata si ibu sedang makan nasi bungkusan
yang berbagi dengan 3 orang anaknya itu..terlihat si ibu menyuapi anaknya yang
paling kecil yang berada di gendongannya..terlihat dari penampakan anak anaknya
yang lusuh juga kumel klu mreka memang tuna wisma yang mengais makanan dari jalanan,
entah makanan yang mereka makan itu dari dermawan ato mereka peroleh dari mana.
Saya melewatinya, sekilas hanya bisa iba melihatnya..tas
yang saya gendongkan didepan (khas penumpang kereta), saya buka dibagian
kantong kecilnya yang berisi uang yang saya punya kala itu..sedikit berpikir,
karena ini uang terakhir yang saya punya..hitung hitungan di otak saya tak
berlangsung lama, bismillah..tak berapa jauh langkah saya dari si ibu itu akhirnya
saya melangkah mundur kembali pada si ibu. Semoga bermanfaat setidaknya untuk
esok hari dan semoga esok hari ada tangan lain yang meyelipkan rezeki nya
kembali untuk hidup di esok hari.
Langkah saya pun malah terasa lebih ringan, tak terpikir
esok seperti apa.. sesampai dirumah, ternyata makanan berlimpah karena ada
saudara yang sore tadi syukuran dan rumah saya kebagian hantarannya bahkan
mamak memisahkan sebagian untuk saya bawa untuk bekal esok hari, bayangan makan
seadanya di malam akhir bulan tak terjadi
malah kebalikannya..dengan bekal itu saya pun tak perlu memikirkan ongkos dan
uang makan esok hari, dan disore hari sudah masuk uang gajian insyaallah harap
dalam hati.
Sekali lagi hanya berucap syukur Alhamdulillah,, kalu hidup
hanya kita sandarkan padaNYA ternyata akan lebih indah.. berbagi tidak akan
melemahkan malah menguatkan akan keberadaan dan kebesaranNYA. Sekecil apapun menurut kita pasti besar untuk mereka dan insyaAllah dihadapanNYA.
No comments:
Post a Comment